widgeo.net

Ilmu Termodinamika Menyanggah Evolusi - Keruntuhan Teori Evolusi [X]

Hukum II Termodinamika yg dianggap sebagai salah satu hukum dasar ilmu fisika menyatakan bahwa pada kondisi normal semua sistem yg dibiarkan tanpa gangguan cenderung menjadi tak teratur terurai dan rusak sejalan dgn waktu. Seluruh benda hidup atau mati akan aus rusak lapuk terurai dan hancur. Akhir seperti ini mutlak akan dihadapi semua makhluk dgn caranya masing-masing dan menurut hukum ini proses yg tak terelakkan ini tidak dapat dibalikkan.
Kita semua mengamati hal ini. Sebagai contoh jika Anda meninggalkan sebuah mobil di padang pasir Anda tidak akan menemukannya dalam keadaan lbh baik ketika Anda menegoknya beberapa tahun kemudian. Sebaliknya Anda akan melihatnya bannya kempes kaca jendelanya pecah sasisnya berkarat dan mesinnya rusak. Proses yg sama berlaku pula pada makhluk hidup bahkan lbh cepat. Hukum II Termodinamika adl cara mendefinisikan proses alam ini dgn persamaan dan perhitungan fisika. Hukum ini juga dikenal sebagai “Hukum Entropi”.
Entropi adl selang ketidakteraturan dalam suatu sistem. Entropi sistem meningkat ketika suatu keadaan yg teratur tersusun dan terencana menjadi lbh tidak teratur tersebar dan tidak terencana. Semakin tidak teratur semakin tinggi pula entropinya. Hukum entropi menyatakan bahwa seluruh alam semesta bergerak menuju keadaan yg semakin tidak teratur tidak terencana dan tidak terorganisasi. Keabsahan hukum II Termodinamika atau hukum Entropi ini telah terbukti baik secara eksperimen maupun teroritis. Albert Einstein menyatakan bahwa Hukum Entropi akan menjadi paradigma yg sangat berpengaruh di periode sejarah mendatang. Ilmuwan terbesar di masa kita ini mengakuinya sebagai “hukum utama dari semua ilmu pengetahuan”. Sir Arthur Eddington juga menyebutnya sebagai “hukum metefisika tertinggi di seluruh jagat”. Teori evolusi adl klaim yg diajukan dgn sepenuhnya mengabaikan hukum Entropi. Mekanisme yg diajukannya benar-benar bertentangan dgn hukum dasar fisika ini. Teori evolusi menyatakan bahwa atom-atom dan molekul-molekul tidak hidup yg tak teratur dan tersebar sejalan dgn waktu menyatu dgn spontan dalam urutan dan rencana tertentu membentuk molekul-molekul kompleks seperti protein DNA dan RNA. Molekul-molekul ini lambat laun kamudian menghasilkan jutaan spesies makhluk hidup bahkan dgn struktur yg lbh kompleks lagi. Menurut teori evolusi pada kondisi normal proses yg menghasilkan struktur yg lbh terencana lbh teratur lbh kompleks dan lbh terorganisir ini terbentuk dgn sendirinya pada tiap tahapnya dalam kondisi alamiah. Proses yg disebut alami ini jelas bertentangan dgn hukum Entropi. Ilmuan evolusionis juga menyadari fakta ini. J.H. Rush menyatakan “Dalam perjalanan evolusinya yg kompleks kehidupan menunjukkan perbedaan yg jauh dgn kecenderungan yg dinyatakan hukum II Termodinamika. Sementara hukum II menyatakan pergerakan Irreversibel ke arah entropi yg lbh tinggi dan tak teratur evolusi kehidupan berkembang terus ke tingkat yg lbh teratur.” Ilmuwan evolusionis George Stavropoulos menyatakan kemustahilan termodinamis pembentukan kehidupan secara spontan dan ketidaklayakan penjelasan adanya mekanisme-mekanisme makhluk hidup yg kompleks melalui hukum-hukum alam. Ini dinyatakan dalam majalah evolusionis terkenal American Scientist “Namun sesuai denagn hukum Termodinamika II dalam kondisi biasa tidak ada molekul organik kompleks dapat terbentuk secara spontan. Sebaliknya molekul kompleks akan hancur.” Memang semakin kompleks sebuah molekul semakin tidak stabil keadaanya dan semakin pasti kehancurannya cepat atau lambat.
Kendatipun melalui pembahasan yg mebingungkan atau sengaja dibuat membingungkan fotosintesis dan semua proses kehidupan serta kehidupan itu sendiri tidak dapat dipahami berdasarkan ilmu termodinamika ataupun ilmu pasti lainnya. Seperti telah diakui hukum II Termodinamika merupakan rintangan yg tak dapat diatasi oleh skenario evolusi baik dari segi ilmu pengetahuan maupun logika. Karena tidak mampu mengajukan penjelasan ilmiah dan konsisten evolusionis hanya dapat mengatasi rintangan ini dalam khayalan mereka. Sebagai contoh evolusionis terkenal Jeremy Rifkin menuliskan keyakinannya bahwa evolusi mengungguli hukum fisika dgn suatu “kekuatan ajaib” “Hukun Entropi mengatakan bahwa evolusi menghabiskan energi keseluruhan yg tersedia bagi kehidupan di planet ini. Konsep evolusi kami adl sebaliknya. Kami yakin bahwa evolusi secara ajaib menghasilkan nilai energi keseluruhan yg lbh besar dan keteraturan di bumi ini.” Kata -kata ini jelas menunjukkan bahwa evolusi sepenuhnya merupakan sebuah keyakinan dogmatis. Mitos “Sistem Terbuka” Dihadapkan pada kebenaran semua ini evolusionis terpaksa berlindung dgn menyimpangkan hukum II Temodinamika dgn mengatakan bahwa hukum ini berlaku hanya utk “sistem tertutup” dan tidak dapat menjangkau “sistem terbuka”. Suatu “sistem terbuka” merupakan sistem termodinamis yg memungkinkan materi dan energi dapat keluar-masuk.
Sedangkan dalam “sistem tertutup” materi dan energi tetap konstan. Evolusionis menyatakan bahwa bumi merupakan sistem terbuka. Bumi terus menerima energi dari matahari sehingga hukum Entropi tidak berlaku pada bumi secara keseluruhan; dan makhluk hidup yg kompleks dan teratur dapat terbentuk dari struktur-struktur mati yg sederhana dan tidak teratur. Namun ada penyimpangan nyata dalam pernyataan ini. Fakta bahwa sistem memperoleh aliran energi tidaklah cukup utk menjadikan sistem ini teratur. Diperlukan mekanisme khusus utk membuat energi berfungsi. Sebagai contoh mobil memerlukan mesin sistem transmisi dan mekanisme kendali utk mengubah bahan bakar menjadi energi utk menggerakkan mobil. Tanpa sistem konversi energi seperti itu mobil tidak dapat menggunakan energi dari bahan bakar. Hal yg sama berlaku juga dalam kehidupan. Kehidupan memang mendapatkan energi dari matahari namun energi matahari hanya dapat diubah menjadi energi kimia melalui sistem konversi energi yg sangat kompleks pada makhluk hidup . Tidak ada makhluk hidup yg dapat hidup tanpa sistem konversi energi semacam itu. Tanpa sistem konversi energi matahari hanyalah sumber energi destruktif yg membakar menyengat dan melelehkan. Dapat dilihat suatu sistem termodinamika baik terbuka maupun tertutup tidak menguntungkan bagi evolusi tanpa mekanisme konversi energi. Tidak ada seorang pun menyatakan bahwa mekanisme sadar dan kompleks semacam itu muncul di alam dalam kondisi bumi purba. Memang masalah nyata yg dihadapi evolusionis adl bagaimana mekanisme konversi energi yg kompleks ini-seperti fotosintesis tumbuhan yg tidak dapat ditiru bahkan dgn tekhnologi modern-dapat mncul dgn sendirinya.Aliran energi matahari ke bumi tidak dapat menciptakan keteraturan dgn sendirinya. Setinggi apa pun suhunya asam-asam amino tidak akan membentuk ikatan dgn urutan teratur. Energi saja tidak cukup utk pembentukan struktur lbh kompleks dan teratur seperti asam amino membentuk protein atau protein membentuk struktur terorganisasi yg lbh kompleks pada organel-organel sel. Sumber nyata dan penting dari keteraturan pada semua tingkat adl rancangan sadar dgn kata lain penciptaan. Mitos “Pengorganisasian Mandiri oleh Materi” Menyadari bahwa hukum II Termodinamika membuat evolusi tidak mungkin terjadi beberapa ilmuwan evolusionis berspekulasi utk menjembatani jurang diantara keduanya agar evolusi menjadi mungkin. Seperti biasa usaha-usaha ini pun menunjukkan bahwa teori evolusi berakhir dgn kebuntuan. Seorang yg terkenal dgn usahanya utk mengawinkan termodinamika dgn evolusi adl ilmuwan Belgia bernama Ilya Prigogine. Beranjak dari teori Kekacauan Prigogine mengajukan sejumlah hipotesis di mana keteraturan terbentuk dari ketidakteraturan . Dia berargumen bahwa sebagian sistem terbuka dapat mengalami penurunan entropi disebabkan aliran energi dari luar. “Keteraturan” yg dihasilkan merupakan bukti bahwa “materi dapat mengorganisasi diri sendiri”. Sejak saai itu konsep “pengorganisasian mandiri oleh materi” menjadi populer di kalangan evolusionis dan materialis. Mereka bersikap seolah-olah telah menemukan asal-usul materialistis bagi kompleksitas kehidupan dan solusi materialistis bagi masalah asal-usul kehidupan. Namun jika dicermati argumen ini benar-benar abstrak dan hanya angan-angan. Lebih dari itu argumen tersebut mengandung penipuan yg sangat naif yg sengaja mengacaukan dua konsep berbeda yaitu “pengorganisasian mandiri” dan “pengaturan mandiri” . Ini dapat diterangkan dgn contoh berikut. Bayangkan sebuah pantai dgn campuran berbagai jenis batuan. Ada batu-batu besar batu-batu lbh kecil dan batu-batu sangat kecil. Jika sebuah ombak besar menerpa pantai mungkin muncul “keteraturan” di antara batu-batu tersebut. Air akan menggeser batu-batu dgn berat sama pada posisi yg sama. Ketika ombak surut batu-batu tersebut mungkin tersusun dari yg terkecil hingga terbesar ke arah laut. Ini merupakan proses “pengaturan mandiri”. Pantai adl sistem terbuka dan aliran energi dapat menyebabkan suatu “keteraturan”. Namun ingat bahwa proses yg sama tidak dapat membentuk istana pasir di pantai. Jika kita melihat istana pasir kita yakin bahwa seseorang telah membuatnya. Perbedaan antara keduanya adl bahwa istana pasir mengandung kompleksitas sangat unik sedangkan batu-batu yg “teratur” hanya memiliki keteraturan saja. Ini seperti mesin tik yg mencetak “aaaaaaaaaaa” beratus-ratus kali krn sebuah benda jatuh menimpa huruf “a” pada papan ketik.
Tentu saja pengulangan huruf “a” tersebut tidak mengandung informasi apa pun apalagi sebuah kompleksitas. Dibutuhkan pikiran sadar utk menghasilkan rangkaian kompleks huruf-huruf yg mengandung informasi. Hal yg sama berlaku jika angin berhembus ke dalam sebuah kamar penuh debu. Sebelum angin mengalir debu-debu mungkin tersebardi sekitar kamar. Ketika angin berhembus debu-debu bisa jadi terkumpul di sudut ruangan. Ini adl “pengaturan mandiri”. Namun debu tidak pernah “mengorganisasi diri” dan menciptakan gambar manusia pada lantai tersebut. Contoh-contoh di atas serupa benar dgn skenario “pengorganisasian mandiri” dari evolusionis. Mereka beragumen bahwa materi memiliki kecenderungan utk mengorganisasi sendiri lalu memberikan contoh-contoh pengaturan mandiri dan selanjutnya mencoba mengacaukan kedua konsep tersebut. Prigogine sendiri memberikan contoh-contoh pengaturan mandiri molekul krn aliran energi. Ilmuwan Amerika Thaxton Bradley dan Olsen menerangkan fakta ini dalam buku mereka The Mistery of Life’s Origin sebagai berikut “.. Pada masing-masing kasusu gerakan acak molekul dalam cairan secara spontan digantikan oleh perilaku yg sangat teratur.” Prigogine Eigen dan lainnya menganggap bahwa pengorganisasian mandiri serupa merupakan sifat intrinsik dalam kimia organik dan menjadi penyebab terbentuknya makromolekul kompleks yg penting bagi sistem kehidupan. Akan tetapi analogi seperti itu tidak relevan dgn pertanyaan asal-usul kehidupan. Alasan utamanya adl kegagalan mereka dalam membedakan antara keteraturan dan kompleksitas..
Keteraturan tidak dapat menyimpan informasi yg sangat besar yg diperlukan sistem kehidupan. Bukan struktur teratur yg diperlukan namun struktur yg sangat teratur tetapi spesifik. Ini adl kesalahan serius dalam analogi yg diajukan. Tidak ada hubungan nyata antara pengaturan spontan yg terjadi krn aliran energi ke dalam sistem dgn kerja yg diperlukan utk membentuk makromolekul sarat informasi seperti DNA dan protein. Bahkan Prigogine sendiri terpaksa menerima bahwa argumennya tidak berlaku bagi asal-usul kehidupan. Dia mengatakan “Masalah keteraturan biologis melibatkan transisi dari aktivitas molekuler keteraturan supermolekuler dalam sel. Hal ini belum terpecahkan sama sekali.” Lalu mengapa evolusionis masih berusaha meyakini skenario-skenario tak ilmiah seperti “pengorganisasian materi secara mandiri”? Mereka berkeras menolak perwujudan kecerdasan dalam sistem kehidupan? Jawabannya adl bahwa mereka memiliki keyakinan dogmatis pada meterialisme dan keyakinan bahwa meteri memiliki kekuatan misterius utk menciptakan kehidupan. Profesor Robert Shapiro pakar kimia dan DNA dari Universitas New York menjelaskan keyakinan evolusionis dan landasan dogmatisnya sebagai berikut “Maka diperlukan prinsip evolusi lain utk menjembatani antara campuran-campuran kimia alami sederhana dgn replikator efektif pertama*}.” Prinsip ini belum dijelaskan secara terperinci ataupun ditunjukkan namun telah diantisipasi dan diberi nama evolusi kimia dan pengorganisasian materi secara mandiri. Keberadaan prinsip ini diterima sebagai keyakinan dalam filsafat materialisme dialektis*} sebagaimana diterapkan pada asal-usul kehidupan oleh Alexander Oparin. Situasi ini menjelaskan bahwa evolusi adl sebuah dogma yangn bertentangan dgn ilmu pengetahuan empiris. Asal-usul kehidupan hanya dapat dijelaskan dgn campur tangan sebuah kekuatan supranatural. Kekuatan supranatural tersebut adl penciptaan oleh Allah yg menciptakan seluruh jagat raya dari ketiadaan.
Dari sisi termodinamika ilmu pengetahuan membuktikan bahwa evolusi adl mustahil dan keberadaan kehidupan hanya dapat dijelaskan dgn penciptaan. *} Replikator efektif pertama adl asam nukleat/DNA pertama yg berhasil memperbanyak diri.*} Materialisme dialektis = Interpretasi Marxis terhadap realitas yg memandang materi sebagai satu-satunya subjek perubahan dan semua perubahan merupakan hasil dari pertentangan terus-menerus antara oposisi yg muncul dari kontradiksi internal dalam semua peristiwa ide dan gerakan.
Sumber The Evolution Deceit Harun YahyaDiterjemahkan dan diterbitkan oleh Penerbit Dzikra Telp. 7276475 7232147 E-mail dzikra@syaamil.co.id Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
sumber file al_islam.chm

0 komentar:

Posting Komentar

  © NOME DO SEU BLOG

Design by Emporium Digital