Tidak ada fosil yang transsisional
Fosil transisional adalah fosil yang terlihat seperti sebuah organisme yang merupakan pertengahan antara dua garis keturunan, artinya fosil tersebut memiliki beberapa karakteristik dari garis A, beberapa karakteristik dari garis B, dan mungkin beberapa karakteristik campuran antara keduanya. Fosil transisional dapat timbul antara kelompok dari tingkat taksonomi yang manapun, seperti antar spesies, antar ordo, dll. Idealnya, fosil transisional dapat ditemukan secara stratigrafis antara mulai timbulnya garis nenek moyang dan mulai timbulnya garis keturunan, tetapi evolusi juga memprediksi kemungkinan adanya fosil dengan morfologi transisi yang muncul setelah dua garis keturunan. Tidak pernah disebutkan dalam teori evolusi bahwa bentuk pertengahan (atau organisme apapun) hanya dapat memiliki satu garis keturunan saja, atau bahwa bentuk pertengahan tersebut haruslah punah ketika garis keturunan baru terbentuk karena evolusi.
Mengatakan tidak adanya fosil transisional adalah bohong. Paleontologi telah maju sedikit sejak Origin of Species diterbitkan, dan berhasil menemukan ribuan fosil transisional, baik dengan definisi yang bersifat terbatas secara kronologis maupun yang berdefinisi tidak begitu terbatas. Catatan fosil memang masih bolong-bolong dan selalu akan demikian; erosi dan jarang adanya kondisi yang mendukung fosilisasi membuat hal ini pasti terjadi. Juga, transisi mungkin terjadi dalam suatu populasi kecil, di daerah sempit, dan/atau dalam waktu yang relatif singkat; ketika ada kondisi-kondisi seperti ini, kemungkinan menemukan fosil transisional akan turun. Tetapi, ada banyak contoh dimana urutan fosil transisional yang bagus didapatkan. Beberapa contoh adalah transisi dari reptil ke mamalia, dari binatang darat ke ikan paus purba, dan dari kera purba ke manusia.
Miskonsepsi tentang tidak adanya fosil transisional sebagian disebabkan oleh cara berpikir umum tentang kategori-kategori. Ketika orang berpikir tentang kategori seperti “anjing” atau “semut”, seringkali orang secara tak sadar percaya adanya batasan yang jelas diantara kategori tersebut, atau bahwa ada bentuk ideal yang abadi (bagi para filsuf, disebut ide Platonik) yang mendefinisikan kategori tersebut. Cara berpikir seperti ini menyebabkan orang untuk menyebut bahwa Archaeopteryx adalah “100% burung,” walaupun sesungguhnya Archaeopteryx merupakan campuran antara fitur burung dan fitur reptil (bahkan lebih banyak fitur reptil, sebenarnya). Sesungguhnya, kategori adalah buatan manusia dan artifisial sifatnya. Alam tidak punya kewajiban untuk mengikutinya, dan memang tidak.
Beberapa Kreasionis mengklaim bahwa hipotesis “punctuated equilibrium” diajukan (oleh Eldredge dan Gould) untuk menjelaskan kekosongan dalam temuan fosil. Sesungguhnya, hipotesis tersebut diajukan untuk menjelaskan kelangkaan relatif dari bentuk transisi, dan bukan tidak adanya bentuk transisi tsb., dan untuk menjelaskan mengapa spesiasi tampak terjadi relatif cepat dalam beberapa kasus, secara bertahap di kasus-kasus lain, dan tidak terjadi sama sekali dalam beberapa periode bagi beberapa spesies. Hipotesis tsb. sama sekali tidak menolak bahwa urutan transisional itu ada. Kenyataannya, baik Gould dan Eldredge adalah penentang keras Kreasionisme.
“Tetapi paleontologis telah menemukan beberapa contoh luar biasa bentuk-bentuk pertengahan dan urutan pertengahan, lebih dari cukup untuk meyakinkan skeptis yang waras tentang realitas dari genealogi fisik kehidupan.” – Stephen Jay Gould, Natural History, May 1994
0 komentar:
Posting Komentar